Headlines News :
Home » » Dunia Pendidikan Lemah Pemicu Kenakalan Remaja

Dunia Pendidikan Lemah Pemicu Kenakalan Remaja

Written By Unknown on Monday, December 15, 2014 | 7:52 AM

       PONOROGO,- Permasalahan kenakalan remaja saat ini semaikin mendapat perhatian khusus serta juga memprihatinkan bagi masyarakat kita, dimana generasi muda ini nanti kalau mental n6ya seperti ini bagaimana nanti nasib bangsa ini kedepan.

       Menanggapi maraknya kenalan remaja bahkan sampai menjurus kepada tindakan kriminal membuat KP3A (Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunagan Anak) Ponorogo mengambil sikap, guna agar kenakalan remaja ini bisa dimimalisir dan kemudian distop.

      "Ini jadi perhatian serius pemerintah daerah, dalam upaya mengantisipasi kenakalan remaja saat ini. Kita di KP3A dalam upaya mengantisipasi Perkembangan tingkat kenakalan remaja saat ini, tak sedikit dari mereka yang harus berhadapan dengan hukum terkait kasus kriminal, maupun penyalahgunaan obat-obatan untuk mabuk-mabukan,”ujar Tri Endah Prasetiani Kepala KP3A Ponorogo.

       Lebih lanjut Endah menambahkan, Selama ini kita juga tidak bekerja sendiri untuk menanggulangi permasalahan ini, “kita tetap bekerja lintas sektor, seperti dengan pihak kepolisian maupun lembaga dan institusi lainnya yang berkaitan erat dengan permasalahan ini,”terangnya

       Tidak mudah mengurai dari pada permasalahan kenakalan anak saat ini, banyak faktor yang mempengarui, diantaranya lingkungan, orang tua, pendidikan, kemajuan zaman dan lain sebagainya, “jadi kalau saat ini harus dihentikan secara frontal jelas tidak bisa, sementara langkah pencegahan yang kita lakukan,”jelasnya.

        KP3A tetap berupaya mangatisipasi terhadap persoalan kenakalan remaja ini, dengan melibatkan peran serta masyarakat, serta adanya peran aktif dari orang tua dalam mengawasi anaknya.

       "Kurangnya pengawasan dari orang tua, menyebabkan anak menjadi bebas, nongkrong hingga larut malam ada yang mabuk-mabukan. Upaya antisipasi dalam persoalan kenakalan remaja ini, tak lepas dari peran aktif orang tuanya dalam mengawasi anaknya," ucapnya.

        Ketika ada anak yang tersangkut atau terlibat dalam kriminal, kita tetap akan melakukan pendampingan dan advokasi terhadap mereka, karena bagaimanapun juga anak adalah korban dari sebuah keadaan sosial.

        Sedangkan untuk pekerja anak, terkadang ada yang mengatakan bahwa dengan memperkerjakan anak, adalah sebuah eksploitasi, “namun sebenarnya tidak bisa semua dikatakan begitu, ketika anak sudah berumur 15 tahun boleh untuk bekerja, asal dengan batasan-batas tertentu,”tandasnya.

        Ketika ada anak bekerja harus mendapatkan izin dari orang tua, selain itu mereka ini juga tetap dalam pengawasan kami, dari mulai jam kerja, upah yang diterima dan hal-hal lain nya yang sifatnya dapat merugikan anak itu sendiri.

        Ia mengharapkan para orangtua yang anaknya masih sekolah, agar tidak serta merta menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah atau guru, dalam mengawasi anaknya. Sebab waktu anak-anak lebih banyak dirumah dibandingkan disekolah.

       “Untuk itu para orang tua harus memantau dan mengawasi anak-anaknya ketika pulang dari sekolah. Pada malam hari, ada dimana anak-anaknya. Bukan berarti anak-anak tidak boleh bergaul atau berteman, namun para orang tua harus memantau dan mengawasi mereka” pungkasnya.*(dee)
Share this article :
 
Support : Support Website | Balai Kota |
Powered by PERS PONOROGO
Copyright © 2015. Lingkar Kota : Informasi Berdasarkan Data Dan Fakta - All Rights Reserved
Template Design by Ze Dien Published by Balai Kota Supported by Wengker.com