![]() |
Produk Unggulan Sangkar Burung Desa Ketonggo |
PONOROGO (LK) - Bila
kita mengunjungi Desa Ketonggo, Kecamatan Bungkal, Kabupaten Ponorogo akan
menjumpai kawasan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam bidang kerajinan
sangkar burung. Desa Ketonggo merupakan desa Agraris yang terletak 25 KM arah
selatan Kota Ponorogo.
Desa Ketonggo merupakan sentra kerajinan bambu dengan
berbagai item terutama sangkar burung. Usaha rumahan tersebut sudah ditekuni
warga Desa Ketonggo sejak puluhan tahun silam. “Usaha sangkar burung ini memang
turun temurun dan sudah ada sejak dulu, sebelum kami lahir,” ujar Miseri alias
Banjir, salah satu pengrajin sangkar burung.
Dia menerangkan usaha kerajinan sangkar burung bukan hanya
ditekuni oleh orang tua saja, tetapi hampir semua pemuda di Desa Ketonggo rajin
dan menggantungkan kehidupannya kepada sangkar burung. Hingga saat ini tercatat
sekitar 100 KK di Desa Ketonggo yang menekuni usaha pembuatan sangkar burung
atau kurungan (bahasa Jawa).
Lebih lanjut, Banjir yang juga Ketua Kelompok Pengrajin
sangkar Burung ‘Langit Biru’ menuturkan produk sangkar burung dari Desa
Ketonggo saat ini mampu menembus pasar nasional, mulai Yogyakarta hingga pulau
Dewata Bali. Produksinya pun mencapai ribuan setiap bulannya. “Kami sendiri
yang setiap minggunya mengirim sangkar burung jadi ke luar kota,” akunya.
Bukan hanya itu ada beberapa warga Desa Ketonggo yang
menekuni kerajinan tangan selain sangkar burung, yaitu miniatur pesawat
terbang. Proses pembuatan sangkar burung di Desa Ketonggo memang dikenal sejak
dulu dan ternyata proses pembuatannya mulai dari nol (barang belum jadi) berada
di Desa Ketonggo. “Khusus rotannya kita datangkan dari luar kota, yaitu dari
Solo,” paparnya.
Sangkar burung, tak ubahnya figura. Sebuah lukisan akan
terangkat kualitasnya bila didukung figura yang sesuai dan berkelas. Hal ini
berlaku pula pada seekor burung. Seekor burung akan terlihat berbobot bila
berada di sangkar yang pas dan bagus. Apalagi burung tersebut derkuku, puter,
poksay, cucakrowo, perkutut dan yang sekelasnya.
Dalam pembuatan sangkar burung menggunakan bahan baku bambu
apus, kayu sengon laut, tampar agel dan rotan. Agar hasil sangkar bertambah
bagus maka perlu ditambah asesoris seperti mahkota, kaki, gantungan dan
thangkringan (tempat pijakan burung).
Selera pasar akan sangkar burung cenderung berubah-ubah.
Apalagi pasca lomba. Pasti ada sangkar burung yang menjadi trend saat itu.
Biasanya pada finishingnya. Pada bagian atas sangkar ada lukisan yang menjadi
simbol trend. Seperti Naga, Arwana, Phoenix, Jatayu dan sebagainya, yang biasa
dilukis secara halus dengan menggunakan airbrush dengan berbagai Ukuran mulai
40 cm 70 cm diameter 2mm 3,5mm.
Para pengrajin sangkar burung di Desa Ketonggo saat ini
mengaku kekurangan permodalan. “Kami saat ini sangat membutuhkan dukungan modal
usaha untuk mengembangkan usaha kerajinan sangkar burung ini,” keluhnya.
Lebih jelas Banjir menambahkan bahwa selain permodalan, saat
ini para pengrajin juga membutuhkan peralatan usaha. “Alat yang kita gunakan
untuk memproduksi sangkar burung ini sangat tradisional dan merupakan kreasi
kita sendiri, dengan harga jual mulai 100 ribu hingga satu sampai dua juta
rupiah tergantung jenis, model serta tingkat kesulitan pembuatan nya,”
bebernya.
Oleh karenanya, ia bersama warga lainnya berharap kepada
Pemkab Ponorogo maupun pihak lainnya untuk membantu merealisasikan keinginan
para pengrajin sangkar burung di Desa Ketonggo. “Kami sangat berharap segera
ada perhatian dari pihak terkait terkait permodalan usaha dan bantuan peralatan
pembuatan sangkar burung,” pintanya penuh harap. (cholis)