![]() |
Jaranan Thek Kesurupan |
Reog thek sebenarnya mirip dengan reyog Ponorogo, sama-sama tarian yang menggunakan topeng, namun yang membedakan adalah topeng nya, dari mulai ukuran nya sampai dengan bentuk topeng nya.
Reog thek sebenarnya sudah lama ada di Ponorogo, biasanya reog thek sering dipertunjukan pada acara atau kegiatan yang ada di desa seperti bersih desa atau ketika ada hajatan masyarakat desa.
Reog thek sebenarnya sudah lama ada di Ponorogo, biasanya reog thek sering dipertunjukan pada acara atau kegiatan yang ada di desa seperti bersih desa atau ketika ada hajatan masyarakat desa.
Reog thek selalu identik dengan kesurupan, dimana pemain reog thek sering kali memainkan tarian nya tanpa sadar atau dalam keadaan kesurupan sehingga disitumereka tidak mempan ditusuk atau dipukul dengan senjata tajam, lantas mereka terkadang makan-makanan yang aneh-aneh seperti beling dan lain sebagainya.
Sebelum reog thek dimainkan biasnya terlebih dahulu pimpinan grub memainkan pecut panjang yang merupakan khas reog thek, baru satu persatu para pemain reog thek beraksi. Kesenian ini selalu membuat ketegangan bagi siapa saja yang menontonnya. Aura magis serta image keserupan itu yang sangat mempengaruhi orang yang melihatnya menjadi tegang dan seakan ikut serta larut dalam sebuah kesenian reog thek.
![]() |
Atraksi Penyaluran Energi |
Tarian ini juga dikenal dengan nama Buluh Gila atau Bara Suwen. Pertunjukan ini bisa ditemui di dua desa yaitu Desa Liang, kecamatan Salahatu, dan Desa Mamala, kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Di Provinsi Maluku Utara, atraksi yang bernuansa mistis ini dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.Maluku.
Namun pertunjukan bambu gila ini juga dapat dijumpai di kota reyog, permainan atau sebuah atraksi bambu yang semestinya ringan untuk di angkat, jangankan sepuluh orang di angkat dua orang saja sudah cukup dan sangat bisa, namun karena bambu tersebut bukan bambu biasa meskipun diangkat oleh 10 orang pun tidak akan mampu dan justru sebaliknya diombang-ambingkan oleh bmbu tersebut.
Untuk memulai pertunjukan ini sang pawang membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa sambil membaca mantra, kemudian asap kemenyan dihembuskan pada batang bambu yang akan digunakan. Jika menggunakan jahe maka itu dikunyah oleh pawang sambil membacakan mantra lalu disemburkan ke bambu. Fungsi kemenyan atau jahe ini untuk memanggil roh para leluhur sehingga memberikan kekuatan mistis kepada bambu tersebut. Roh-roh inilah yang membuat batang bambu seakan-akan menggila atau terguncang-guncang dan semakin lama semakin kencang serta sulit untuk dikendalikan.
Biasanya, dalam berbagai atraksi yang melibatkan hawa mistis, manusialah yang dirasuki oleh roh mistis tetapi dalam tarian ini roh mistis yang dipanggil dialihkan ke dalam bambu. Ketika pawang membacakan mantra berulang-ulang, si pawang lantas berteriak “gila, gila, gila!” Atraksi bambu gila pun dimulai. Alunan musik mulai dimainkan ketika tujuh pria yang memegang bambu mulai merasakan guncangan bambu gila. Bambu terlihat bergerak sendiri ketika pawang menghembuskan asap dan menyemburkan jahe ke batang bambu. Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan tenaga mereka untuk mengendalikan kekuatan guncangan bambu.
Ketika irama musik mulai dipercepat, bambu bertambah berat dan menari dengan kekuatan yang ada di dalamnya. Atraksi bambu gila berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Hal yang unik dari pertunjukan ini, kekuatan mistis bambu gila tidak akan hilang begitu saja sebelum diberi makan api melalui kertas yang dibakar. (dee)