ILUSTRASI; Waspadai longsor di daerah sekeliling anda!
Seiring dengan datangnya musim hujan, daerah-daerah di Kabupaten
Ponorogo perlu ditingkatkan kewaspadaan terhadap datangnya bencana longsor dan banjir
yang siap menghadang. Bencana banjir dan longsor seringkali datang dengan
tiba-tiba tanpa kompromi. Untuk mengantisipasi sebelum bencana datang
menerjang, tak ada salahnya mencermati lebih detil gejala-gejala alam sebelumnya.
Bambang Suhendro, Kepala Bidang ESDM Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Ponorogo mengungkapkan terdapat dua tipe hujan pemicu longsor; Pertama, Hujan yang
sangat Deras dan kedua, hujan normal tapi berlangsung lama, “Hujan Deras yang
bisa menjadi pemicu longsor biasanya terjadi
pada awal-awal musim penghujan, yaitu antara bulan oktober hingga nopember. Sedangkan
hujan normal tapi berlangsung lama, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, biasanya
pada bulan Desember hingga bulan April” jelasnya.
Soal tekstur tanah yang perlu
diwaspadai di awal musim penghujan ini, yaitu pada lereng-lerang yang
tersusun pada tanah lempung pasiran, akibat hujan deras bisa berpotensi
longsor. Sedangkan pada bulan desamber hingga april nanti potensi longsor cenderung
pada lereng-lereng yang tersusun atas material lempung.
Ia menyebutkan sedikitnya terdapat 7 kecamatan daerah rentan gerakan
tanah tinggi, meliputi Kecamatan Ngrayun, Bungkal, Ngebel, Sambit, Sawoo,
Slahung dan Sooko, “Kecamatan Ngrayun (Desa Ngrayun, Baosan Lor, Selur, Binade
dan Mrayan), Kecamatan Bungkal (Desa Sambilawang, Kupuk, Pager, Munggu, Pelem,
Kalisat, Koripan, Mbekare, Nambak Dan Ketonggo), Kecamatan Ngebel (Desa Sempu
Dan Sekodok), Kecamatan Sambit (Desa Ngadisanan, Maguhan Dan Wringin Anom), Kecamatan
Sawoo (Desa Tempuran, Sriti, Temon, Tumpak Pelem, Prayungan, Grogol, Pangkal
Dan Tumpuk), Kecamatan Slahung (Desa Ngilo-Ilo, Duri, Wates, Kambeng, Broto,
Slahung, Caluk, Tugurejo Dan Senepo) Dan Kecamatan Sooko (Desa Bedoho, Klepu,
Bareng, Juruk, Bedruk),”urainya.
Lebih lanjut menurutnya, Desa yang tidak tercatat dalam rentan longsor, tidak menutup
kemungkinan yang bertempat tinggal di lereng untuk tetap waspada. Dengan konsep
amati, waspadai, hindari dan tindak lanjuti, “Amati; tumpukan tanah gembur di
atas batuan kompak dan kedap air, Lapisan tanah batuan yang miring kea rah luar
lereng disertai rembasan air dan Retakan-retakan tanah penutup lereng jika itu
terjadi. Waspadai; hujan deras dan hujan normal yang terjadi terus menerus”
pungkasnya berharap untuk tetap waspada dan bersiap untuk menghindari bila bencana
tiba.
Sementara itu, Siswanto kepala BPBD Kabupaten Ponorogo telah melaksanakan pendataan
terhadap daerah rawan banjir dan longsor, BPBD telah melakukan pendataan
dan siap untuk terjun ke lapangan sewaktu-waktu terjadi bencana, “Satu sisi tim sudah langsung mengadakan pendataan, untuk mengantisipasi
terjadinya banjir dan longsor dengan desa-desa yang kita pantau,” ungkapnya.
Pihaknya juga mengevaluasi daerah-daerah yang kerapkali terjadi bencana,
“kecamatan-kecamatan/ desa-desa yang rawan kita adakan pendekatan sehingga
ketika datang hujan dan terjadi bencana segera bisa lapor ke BPBD dan BPBD
segera bisa terjun untuk menurunkan tim relawan,” tutupnya.