Home »
SOSIAL BUDAYA
» Gerobak Mungil jadi Tumpuan Hidup si Parni
Gerobak Mungil jadi Tumpuan Hidup si Parni
Written By Unknown on Sunday, December 7, 2014 | 4:16 PM
PONOROGO,- Perawakannya yang lusuh, dengan postur yang tidak terlalu tinggi. Serta selalu mengenakan topi di kepalanya, begitu melekat pada sosok Parni. Si pencari rosok yang hidupnya jauh dari kata berkecukupan. Dengan mengenakan gerobak roda mungilnya, setiap hari ia mencari rosok. Mengitari kota Ponorogo, dari sampah satu ke sampah lainnya.
Setiap hari, Parni mencari rosok dengan penuh jerih payah. Mungkin, tak terhitung berapa kilometer jalan yang ia tempuh untuk mencari barang-barang yang masih layak digunakan ataupun untuk dijual. Beralaskan sandal jepit yang jelek, Pria kelahiran 10 November 1967 ini mencari barang rosokan. Seperti, botol plastik, botol kaleng, kawat, maupun besi-besi yang tak terpakai lagi. Lalu, barang-barang rosokan itu dijual ke bos-bos rosok.
Penghasilannya pun tak menentu. Terkadang kalau pas tidak membawa hasil banyak, ia hanya mendapatkan Rp. 10.000. dari hasil menjual barang rosokan. Tentunya jumlah rupiah tersebut jauh dari kata cukup, untuk kebutuhannya sehari-hari. Namun, kalau ketika pas lagi membawa rosokan banyak, hasilnya terbilang lumayan. Bahkan bisa mencapai Rp 50.00 per hari. Meski pendapatan setiap harinya tak menentu, dirinya mengaku masih bersyukur. “Meskipun mencari rosok bukan pekerjaan terpandang, yang penting bagi saya bisa makan setiap hari mas. Saya juga selalu bersyukur dengan kondisi seperti ini,” ujarnya saat ditemui di perempatan jalan Soekarno-Hatta.
Meski kondisi Parni sedikit mengalami (maaf) cacat fisik pada bagian kakinya. Ia pun tetap berjuang untuk terus melanjutkan sisa hidupnya. Parni pun sebenarnya, bukan asli orang Ponorogo. Melainkan, kelahiran Magetan. Ia pun hidup sebatang kara. Alias tidak memiliki istri dan anak. Saudara-saudaranya pun juga tidak mau mengurusi dirinya. Bahkan ada beberapa saudaranya yang sudah terlebih dulu menghadap sang khalik. Akhirnya, ia pun menetapkan pilihan hidupnya untuk mengais rejeki di kota Reog ini. Dengan bermodalkan gerobak rosok yang berukuran kecil untuk mencari rosok.
Yang memprihatinkan, ia tidak mempunyai tempat tinggal tetap, alias tidak memiliki rumah sendiri di Ponorogo. Setiap harinya, ia tidur di pinggir emperan toko. “Saya asli Magetan mas. Dan disini (Ponorogo) saya tidak punya rumah. Kalau tidurnya, saya terkadang tidur di emperan-emperan toko yang berada di terminal seloaji mas,” keluh Parni yang tak kuasa menitikkan air matanya.
Hanya dengan sebuah gerobak rosok, ia menggantungkan nasibnya untuk bisa bertahan hidup. Ia juga tidak tahu lagi bagaimana mendapat pekerjaan yang layak. Terkecuali, mencari rosok untuk menopang hidupnya. Hanya secerca harapan yang di inginkan, agar ia selalu hidup sehat. “Ya pokoknya saya selalu berdoa agar selalu diberi kesehatan. Karena apabila saya sakit, tidak ada yang mengurusi saya mas,” pungkasnya. * (Prisna)
Label:
SOSIAL BUDAYA